Hutan Kota Sangga Buana dan Bapak Chaerudin

Babeh Idin pernah berujar "Jokowi harus belajar sama gua!"

Mengapa beliau berucap seperti itu? ternyata Babeh Idin bukan sekedar bicara apalagi sombong, tapi karena kerja keras beliau yang sungguh luar biasa dalam upayanya menghijaukan sebagian Jakarta selama 24 tahun tanpa pamrih sepeserpun. Sebenarnya siapa sosok Babeh Idin ini? berikut penjelasannya.

Sekali waktu kami mengunjungi salah satu Ruang Terbuka Hijau yang masih tersisa di DKI Jakarta, yakni Hutan Kota Sangga Buana. Bertempat di pinggiran DKI Jakarta lebih tepatnya di sekitar Kali Pesanggrahan dengan luas area 120 hektar terdiri dari 40 hektar berada di wilayah DKI Jakarta dan 80 hektar berada di wilayah Tangerang Selatan menjadikan Hutan Kota Sangga Buana menjadi salah satu lokasi yang baik sebagai ruang terbuka hijau.

Sementara itu permasalahan akibat peningkatan jumlah penduduk pada kota-kota besar khususnya DKI Jakarta telah memicu adanya penurunan kuantitas tutupan vegetasi dalam suatu kota yang berpengaruh kepada meningkatnya kadar Gas CO2, meningkatnya suhu udara, menurunnya kelembaban udara, meningkatnya pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya. Hal ini telah terjadi puluhan tahun ke belakang, bahkan siapa yang menyangka bahwa dulunya lokasi Hutan Kota Sangga Buana ini adalah tempat pembuangan sampah yang tandus dan dialiri oleh Kali Pesanggrahan yang kotor dan berbau.

Babeh Idin

Permasalahan itulah yang mendasari Bapak Chaerudin atau yang dikenal dengan sebutan Babeh Idin melakukan perubahan. Bersama para anggota Kelompok Tani Lingkungan Hidup lainnya Babeh Idin bertekad dengan mengembangkan Ruang Terbuka Hijau yang diberi nama Hutan Kota Sangga Buana.

Tekad Pria kelahiran 13 April 1956 ini berawal dari kenangan masa kecil. Ketika itu memancing ikan di Kali Pesanggrahan masih dapat dilakukan, kicauan burung begitu merdu menghiasi suasana di pinggir kali dan aneka satwa lain juga dapat dengan mudah ditemui. Namun pada tahun 1980an kondisi berubah. Akhirnya di tahun 1989 Babeh Idin tergerak untuk mencari tahu penyebab turunnya kualitas lingkungan di Kali Pesanggerahan dengan pergi bertualang menyusuri kali dengan batang-batang pisang sebagai rakit dari mulai hulu di Gunung Gede-Pangrango sampai ke hilir di DKI Jakarta sejauh 120an km. Munculah sebuah tekad yakni mengembalikan Kali Pesanggrahan menjadi seperti dulu lagi.

Langkah Babeh Idin dimulai dengan membersihkan sampah. Beberapa kali beliau bersitegang dengan orang-orang yang sering membuang sampah sembarangan. Terutama pemilik rumah yang berada di bantaran. Tapi Babeh Idin tidak gentar, mereka tetap dihimbau dengan cara persuasif dan “kreatif”. Akibatnya tak jarang Babeh Idin harus berurusan dengan aparat kelurahan, kecamatan, BPN, bahkan Polisi. Lambat laun akhirnya cara ini membuahkan hasil. Banyak pemilik tanah akhirnya sadar dan memberikan lahannya dengan ikhlas untuk dijadikan sebagai hutan kota. Kemudian Babeh Idin membentuk Kelompok Tani Lingkungan Hidup Sangga Buana (KTLH Sangga Buana) sebagai wadah untuk berupaya  menghijaukan kembali bantaran Kali Pesanggrahan ini.

Upaya Menghijaukan kembali bantaran Kali Pesanggrahan ini tidak asal tapi ada mekanismenya. Pohon yang akarnya kuat, seperti kayu secang, salam, tanjung, kedondong laut, nangka, senggugu, belimbing wuluh, mandalika, ditanam di bibir bantaran kali agar sanggup mencegah erosi. Di sela-sela pepohonan tersebut ditanami tanaman obat perdu, seperti empon-emponan, brotowali, nilam, jeroak, sambiloto, dan lainnya. Sementara itu bagian yang jauh dari bibir sungai ditanami pisang, jagung, atau bambu serta tanaman sayur-sayuran.

Vegetasi di Hutan Kota Sangga Buana

Disamping menghijaukan bantaran, Babeh Idin juga berupaya membangun empang yang bertujuan untuk mengembangbiakkan ikan. Empang  ini juga berfungsi lain yakni sebagai wadah untuk area resapan air agar muka air tanah naik dan sebagai penyaring air limbah rumah tangga sehingga air yang masuk ke Kali Pesanggrahan sudah lebih jernih. Hasil dari pengembangbiakkan ikan di empang, selain dijual ke Pasar sebagian (secara berkala) dilepaskan ke dalam kali Pesanggrahan sehingga tak heran kalau saat ini Kali Pesanggrahan selain airnya lebih baik juga terdapat ikan yang bisa dipancing oleh warga. Selain ikan, Babeh Idin juga beternak Ayam, Entog, Kambing dan Kelinci.

Segala upaya yang dilakukan Babeh Idin telah berhasil mengangkat kesejahteraan petani-petani di sekitar kali pesanggrahan yang tergabung dalam KLTH Sangga Buana. Hasil kebun sayuran, pohon-pohon produktif, maupun Ikan menjadi Produk yang memiliki daya tarik tersendiri oleh konsumen yang membelinya karena keunggulan produk yang dihasilkan oleh KLTH Sangga Buana merupakan Produk Organik dan bebas polutan seperti pestisida.

Kini Hutan Kota Sangga Buana ramai didatangi oleh pengunjung baik lokal maupun mancangera sebut saja beberapa rombongan expatriate dari Jerman, Inggris, Perancis, Australia, Belanda hingga Jepang pun pernah ikut mencoba merasakan keasrian daerah ini. Hutan wisata ini tetap gratis, boleh dikunjungi siapa saja, bahkan setiap pengunjung akan diajak menanam pohon atau menebar benih ikan di kali. Pengunjung juga tidak dilarang memancing atau mengambil hasil hutan seperti melinjo dan rebung.

Hutan Kota Sangga Buana

Akhirnya kami pulang dengan membawa bekal pelajaran yang sangat berharga, bahwa hidup ini hanya sekali maka harus dijadikan sangat berarti seperti Babeh Idin, yang dengan kerelaannya menjadi pelopor dan pencetus kelestarian lingkungan dengan mewujudkan Hutan Kota Sangga Buana. Bersama anggota Kelompok Tani Lingkungan Hidup lainnya, Babeh Idin berupaya mengajak masyarakat luas untuk lebih mengenal kearifan lokal dalam setiap aspek pembangunan. Babeh Idin merasa saat ini nilai-nilai itu telah terkikis diakibatkan gaya hidup yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi.

Babeh Idin mengingatkan kepada kami bahwa alam ini bukan warisan nenek moyang tapi alam merupakan titipan untuk anak cucu kita kelak. Babeh Idin juga menanamkan kepada kami agar mampu menjadi Manusia yang JAWARA, yakni bersikap lurus, lempeng, bening, ikhlas, berani, benar, tawaduk serta menghargai setiap perbedaan.

Sumber "Jokowi harus belajar sama gua" dari detik.com

Related Posts:

0 Response to "Hutan Kota Sangga Buana dan Bapak Chaerudin"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan sopan

Bila tidak memiliki ID blogger bisa menggunakan Name/URL lalu masukkan Nama dan URL facebook/twitter anda. hindari menggunakan Anonim, Terima kasih.